Penelitian
merupakan suatu kegiatan sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dan
mengembangkan sejumlah pengetahuan tertentu dan menyelesaikan beberapa masalah
tertentu. Menurut Supranto (2003), jenis riset dapat
digolongkan menurut 1)alasannya, 2)tempat melakukan penyelidikan dan 3)metode
pengumpulan data dan tekniknya. Menurut alasannya riset dibagi menjadi riset
dasar (basic resarch)
dan riset terapan (applied
research). Menurut tempatnya riset dibagi menjadi riset
perpustakaan (library
research), riset laboratorium (labroratory
resarch), dan riset lapangan (field
research). Menurut tekniknya riset dibagi menjadi riset yang
dilakukan dengan teknik survey (survey
technique), riset yang dilakukan dengan teknik eksperimen (experimental technique),
dan riset dengan menggunakan model ekonometrik (modelling). Menurut tingkat eksplanasi, riset dibagi menjadi riset
deskriptif, riset komparatif, riset kausatif, dan riset multivarian.
Umar (2002)
menggolongkan riset menjadi riset dasar (basic
research) dan riset aplikasi (applied
research). Riset dasar merupakan riset yang hasilnya tidak
dimaksudkan untuk diaplikasikan baik oleh individu, kelompok, atau bahkan suatu
badan usaha. Jenis riset ini lebih ditujukan pada peningkatan dunia ilmu. Riset
aplikasi merupakan riset dimana hasil risetnya dimaksudkan untuk dapat
dimanfaatkan baik oleh individu ataupun perusahaan.
Schroeder et.al., (2001) menjelaskan
teori akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metode riset.
Pada umumnya metode riset yang digunakan adalah:
- Pendekatan Deduktif (Deductive Approach)
- Pendekatan Induktif (Inductive Approach)
- Pendekatan Pragmatis (Pragmatic Approach)
- Pendekatan Etika (Ethical Approach)
- Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
- Penelitian dengan Metode Ilmiah (Scientific Method of Inquiry)
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).
Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general). APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.
Perbedaan
Pendekatan Deduktif dan Induktif
Teori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan kepada pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi. Meskipun terdapat pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode deduktif pada dasarnya merupakan sistem yang tertutup dan nonempiris yang kesimpulannya secara ketat didasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.
Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apakah temuan
riset empiris dapat bebas nilai (value-free)
atau netral karena pertimbangan nilai sesungguhnya mendasari bentuk dan isi
riset tersebut. Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya
tidak mungkin sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan
yang akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan
permasalahan tersebut. Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif dan
induktif adalah: kandungan atau isi (contents)
teori deduktif kadang bersifat global (makro)
sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis
sistem deduktif bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat
global. Sistem induktif, karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya
hanya berfokus kepada sebagian kecil dari fenomena tersebut yang relevan dengan
permasalahan yang diamatinya.
Meskipun pembedaan antara sistem deduktif dan induktif
bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek riset pembedaan ini
seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah pendekatan yang
saling bersaing tetapi saling melengkapi (complementary)
dan seringkali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa digunakan untuk
menilai ketepatan (appropriateness)
premis yang pada mulanya digunakan dalam suatu sistem deduktif.
Proses riset sendiri tidak selalu mengikuti suatu pola
yang pasti. Para peneliti seringkali bekerja
secara terbalik dari kesimpulan penelitian lainnya dengan mengembangkan
hipotesis baru yang tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks
akuntansi, riset induktif bisa membantu memperjelas hubungan dan fenomena yang
ada dalam lingkungan bisnis yang mendasari praktek akuntansi. Riset induktif
tersebut pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang
biasanya mengandalkan penalaran deduktif dalam menentukan aturan yang akan
diberlakukan.
Pendekatan pragmatis (pragmatic
approach)
Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) membangun teori berdasarkan kepada konsep penggunaan atau kegunaannya. Sebagian besar praktek dan prinsip yang ada sekarang dihasilkan dari pendekatan pragmatis (pragmatic approach), solusi diadopsi sebagai prinsip akuntansi berterima umum (Generally Accepted Accounting Principles / GAAP) bukan sebagai metode untuk pemecahan masalah, seharusnya hasil dari pendekatan pragmatis harus dilihat sebagai pemecahan masalah sementara saja (tentative solution).
The Sanders, Hatfield, and Moore study,
dalam Schroeder et.al.
(2001), menggunakan pendekatan pragmatis. Profesi akuntansi harus menyadari
bahwa praktek diikuti karena berpedoman “that
is the way we have always done it,” hal ini adalah alasan yang
tidak memuaskan, terutama ketika muncul pertanyaan kenapa melakukan dengan cara
seperti yang biasa dikerjakan.
Pendekatan
Etika
Pendekatan Etika (Ethical Approach) menekankan pada konsep kejujuran (truth), hukum (justice), dan keadilan (fairness). Tidak ada orang yang menyangkal konsep ini sebagai panduan yang digunakan oleh peneliti, tetapi ada pertanyaan mengenai keadilan yang relatif, artinya keadilan bagi seseorang, belum tentu adil bagi yang lain, juga tujuan, dan kondisinya. Pendekatan Etika tidak mudah digunakan sebagai pengembangan teori akuntansi. Pendekatan ini telah memperoleh posisi baru karena munculnya sebuah bidang dalam akuntansi yaitu “critical perspective research“.
Pendekatan
Perilaku
Dalam Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach), akuntansi dianggap sebagai sebuah praktek yang konsekuensinya direfleksikan oleh orang atau kondisi sosial yang menjalankannya. Termasuk cara berinteraksi dengan organisasi lain serta fenomenanya. Perilaku dan fungsi ekonomi dari akuntansi sedang menjadi perhatian, pertanyaan mengenai bagaimana informasi akuntansi digunakan dan bagaimana informasi akuntansi kadang kala seperti menghasilkan konsekuensi yang tak diinginkan atau tak terantisipasi.
Bidang baru dalam riset akuntansi dan theory development disebut
Behavioral Accounting
Research (BAR). BAR merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
akuntan atau perilaku non-akuntan ketika mereka terpengaruhi oleh fungsi dan
laporan akuntansi berdasarkan aktifitas riset dalam ilmu perilaku. Tujuan
akuntansi adalah menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, dalam BAR
dipelajari bagaimana pengguna laporan akuntansi membuat keputusan dan bereaksi
terhadap informasi.
Fokus utama behavioral
approach adalah bagaimana para pengguna informasi akuntansi
mengambil keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan. Berbeda dengan
pendekatan model keputusan yang bersifat normatif, behavioral approach bersifat deskriptif.
Riset ini banyak menggunakan metode eksperimental.
McIntyre (1973), dalam Warsidi (2005), berupaya untuk
menemukan apakah informasi replacement
cost lebih bermanfaat dibandingkan informasi historical cost dalam
mengevaluasi actual annual
rate of return. Dengan kata lain, pendekatan ini berupaya untuk
memahami informasi apa yang dipilih dan bagaimana informasi tersebut diproses.
Empat perusahaan berukuran sedang dalam industri ban dan karet dianalisis
selama suatu periode yang terdiri dari tiga tahun. Subjek eksperimennya adalah
mahasiswa S-1 dan S-2. Sebagian mahasiswa menerima laporan keuangan berbasis replacement cost, sebagian
lainnya menerima laporan berbasis historical
cost, dan yang lainnya lagi menerima kedua jenis laporan. Subjek
eksperimen tersebut diminta untuk memilih perusahaan yang akan menghasilkan actual annual rate of return tertinggi
selama tiga tahun. Setelah analisis atas data eksperimental dilakukan, McIntyre
(1973), dalam Warsidi (2005), gagal menunjukkan keunggulan laporan keuangan
berbasis replacement cost bagi
para pengguna informasi akuntansi.
Meskipun pendekatan perilaku masih dalam tahap awal
pengembangan, temuannya telah banyak yang menarik perhatian. Banyak penelitian
memperlihatkan ketidaksesuaian antara model keputusan yang dirumuskan secara
normatif dengan proses keputusan sesungguhnya yang dilakukan oleh pengguna
informasi akuntansi. Riset lainnya menunjukkan terdapatnya suatu tendensi
penggunaan laporan keuangan yang dipublikasikan (published financial statements) untuk
pengambilan keputusan manajerial. Meskipun pendekatan riset keperilakuan
bersifat deskriptif/positif, hasilnya bisa digunakan untuk kesimpulan normatif
yang bertujuan untuk memperbaiki penggunaan data akuntansi dalam pengambilan
keputusan.
Penelitian dengan Metode Ilmiah
Penelitian dengan metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Penentuan hipotesa merupakan proses deduktif, mengumpulkan data adalah proses induktif sedangkan menentukan data yang diambil dan diteliti merupakan proses deduktif. Penelitian dengan metode ilmiah dikembangkan untuk ilmu alam dan ilmu fisika, dan tidak secara khusus dikembangkan untuk ilmu sosial seperti contohnya ilmu akuntansi, Penelitian dengan metode ilmiah memiliki keterbatasan saat digunakan dalam riset akuntansi, hal ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan manusia dan ekonomi membuat tidak mungkin menggunakan variabel konstan. Pengetahuan mengenai metode ilmiah dapat menyediakan pandangan yang berguna mengenai bagaimana riset harus dilakukan. Penelitian dengan metode ilmiah mendapat sedikit perhatian saja dalam riset akuntansi. Prosedur yang telah ditemukan dan digunakan menjadi diterima umum (generally accepted) walaupun tidak melewati pengujian hipotesa.
Menurut Sudjana (1982), berpikir ilmiah untuk
menghasilkan metode ilmiah harus menempuh tahapan sebagai berikut:
§ Merumuskan
masalah, yakni mengajukan pertanyaan untuk dicarikan jawabannya. Pertanyaan itu
bersifat problematis, yaitu mengandung banyak kemungkinan jawaban;
§ Mengajukan
hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan yang
telah diajukan di atas. Dugaan jawaban hendaknya mengacu dari kajian teoritis
melalui penalaran deduktif;
§ Melakukan
verifikasi data, yakni : melakukan pengumpulan data secara empiris, mengolah
data tersebut, dan menganalisis untuk menguji kebenaran hipotesis. Apabila proses pengujian dilakukan berulang-ulang dan
kebenaran selalu ditunjukkan melalui fakta/data empiris, maka hipotesis
tersebut telah menjadi tesis;
§ Menarik kesimpulan, yaitu menentukan jawaban definitif
dari setiap masalah yang diajukan secara empiris untuk setiap hipotesis.
Menurut Schroeder et.al. (2001) metode
ilmiah dimulai dari identifikasi dan perumusan masalah. Setelah masalah
ditetapkan dan dibatasi, diambil suatu hipotesa untuk dilakukan pengujian.
Berdasarkan hipotesa yang ditetapkan, data dikumpulkan dan diolah, lalu
dilakukan pengujian terhadap hipotesa yang telah ditetapkan, dan dari hasil
pengujian dapat ditarik kesimpulan sementara. Urutan langkah yang terdapat
dalam penelitian dengan metode ilmiah tidak selalu sekuensial. Pada suatu
langkah tertentu dapat dimungkinkan kembali ke langkah sebelumnya apabila
dirasakan perlu atau harus. Contohnya
saat melakukan analisa data ada kemungkinan untuk mengubah hipotesa atau
mengambil ulang data.
Menurut Umar (2002),
dalam melakukan riset harus dirumuskan terdahulu 5 permasalahan utama yaitu:
§ Riset yang akan dilakukan harus mengikuti metode ilmiah
agar hasilnya ilmiah;
§ Riset ditujukan untuk menjawab pertanyaan riset, jadi
tidak boleh menyimpang;
§ Pehamanan atas seberapa luas dan dalam kajian yang akan
dilakukan;
§ Riset harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia,
baik tenaga SDM yang akan terlibat, waktu dan biaya yang tersedia, dukungan
teori dan alat ukur yang diperlukan, termasuk penggunaan teknologi;
Pertimbangan risiko
kemungkinan gagal dan penyimpangan yang dapat saja terjadi. Metode riset yang
dipilih hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan kondisi di atas dengan tujuan
khusus untuk mendukung tujuan riset. Dijelaskan oleh Umar (2002) mengenai
bermacam metode riset bisnis yang umum dipakai. Metode tersebut adalah metode
studi kasus, metode survei, metode pengembangan, metode tindak lanjut (follow up study), metode
analisis isi, metode kecenderungan, metode korelasional, dan metode eksperimen.
Riset dengan metode
studi kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas
obyek tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu,
termasuk lingkungannya. Peneliti, bersama dengan pengambil keputusan manajemen
(misalnya di dalam organisasi), harus berusaha menemukan hubungan atas faktor
yang dominan atas permasalahan risetnya. Selain itu, peneliti dapat saja
menemukan hubungan yang tadinya tidak direncanakan atau terpikirkan. Keunggulan
metode studi kasus antara lain adalah bahwa hasilnya dapat mendukung studi yang
lebih besar di kemudian hari, dapat memberikan hipotesis untuk riset
selanjutnya.
Namun, di samping
keunggulan tersebut, metode ini sebenarnya memiliki kelemahan, misalnya bahwa
kajiannya menjadi relatif kurang luas, sulit digeneralisasi dengan keadaan yang
berlaku umum, dan cenderung subjektif karena objek riset dapat mempengaruhi
prosedur riset yang harus dilakukan. Metode riset ini dapat dilakukan secara terfokus,
misalnya hanya pada dimensi kualitas dosen. Kajian dapat dilakukan secara detil
dan mendalam, misalnya tentang waktu kehadiran dosen mengajar, persiapan dosen
mengajar, penggunaan buku wajib, cara penyampaian materi, pemberian tugas,
pemakaian alat bantu ajar, pemberian wawasan melalui praktek, keakuratan dalam
nenilai, keterbukaan, ketegasan dan kewibawaan.
Metode survei adalah
riset yang diadakan untuk memperoleh fakta tentang gejala atas permasalahan
yang timbul, kajiannya sampai pada tahap menyelidiki mengapa gejala tersebut
ada serta menganalisis hubungan atas gejala tersebut. Fakta yang ada lebih
digunakan untuk pemecahan masalah daripada digunakan untuk pengujian hipotesis.
Misalnya, membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan.
Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling. Sebagai contoh
pendekatan ini dapat diarahkan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa terhadap
proses belajar mengajar, mengetahui kerja dosen dan staf admisi di perguruan
tinggi.
Riset dengan metode
pengembangan berguna untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan suatu
objek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Riset pengembagan mempunyai 2 cara
yang saling melengkapi, yaitu :
§ Longitudinal
Cara mempelajari objek riset secara berkesinambungan dalam waktu yang panjang. Misalnya, perilaku belajar beberapa mahasiswa dari semester pertama sampai semester delapan;
Cara mempelajari objek riset secara berkesinambungan dalam waktu yang panjang. Misalnya, perilaku belajar beberapa mahasiswa dari semester pertama sampai semester delapan;
§ Cross-sectional.
Cara mempelajari objek riset dalam suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, pada suatu hari beberapa mahasiswa di setiap semester diminta pendapatnya, untuk dijadikan bahan riset. Cara Cross-sectional ini dapat juga dipakai untuk melengkapi pelaksanaan dengan menggunakan longitudinal.
Cara mempelajari objek riset dalam suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, pada suatu hari beberapa mahasiswa di setiap semester diminta pendapatnya, untuk dijadikan bahan riset. Cara Cross-sectional ini dapat juga dipakai untuk melengkapi pelaksanaan dengan menggunakan longitudinal.
§ Metode Tindak Lanjut (Follow-up
Study) dilakukan bila peneliti hendak mengetahui perkembangan
lanjutan dari subjek setelah subjek diberikan perlakuan tertentu atau setelah
kondisi tertentu. Metode tindak lanjut ini misalnya dipakai untuk menilai
kesuksesan program tertentu yang dicanangkan.
§ Metode Analisis Isi (Content
Analysis) dapat dilakukan misalnya untuk mengetahui keaslian
dokumen. Peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pengujian
arsip dan dokumen untuk mengetahui kelengkapan, kesalahan, dan sebagainya.
§ Metode Kecenderungan (Trend)
dilakukan dalam riset yang ditujukan untuk melihat suatu kondisi tertentu yang
akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan (forecasting). Dalam melakukan proyeksi masa
depan, biasanya ramalan jangka pendek dianggap lebih dapat diandalkan daripada
ramalan jangka panjang.
§ Metode Korelasional (Correlational
Study) merupakan riset yang dirancang untuk menentukan tingkat
hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaannya dibanding
dengan metode yang lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan
sekedar deskripsi. Peneliti dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel
bebas terhadap variabel yang terkait serta besarnya arah hubungan yang terjadi.
§ Metode Eksperimen membutuhkan langkah yang lengkap
sebelum eksperimen dilakukan supaya data yang diperlukan dapat diperoleh, yang
hasilnya nanti dapat mengarahkan peneliti pada analisis yang obyektif. Riset
ini dapat diarahkan untuk mengetahui, misalnya: Jika suatu kelompok mahasiswa
diberi teknik pembelajaran eduentertain, sedangkan kelompok mahasiswa lain diberi
teknik pembelajaran yang biasa berlaku, apakah teknik eduentertain yang
diinformasikan sebagai teknik yang lebih maju lebih terbukti?
Menurut Umar (2002)
Dalam suatu riset yang menggunakan metode eksperimen, ada 3 prinsip kerja yaitu
replikasi, pengacakan atau randomisasi, dan kontrol lokal. Replikasi ialah
suatu pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini diperlukan karena replikasi
memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan
panjang interval konfidensi atau dapat digunakan sebagai satuan dasar
pengukuran untuk penetapan taraf signifikansi dari perbedaan yang diamati,
menghasilkan taksiran yang lebih akurat, memungkinkan kita untuk memperoleh
taksiran yang lebih baik mengenai efek rata-rata suatu faktor.
Pengacakan atau randomisasi artinya dalam riset akan
dilakukan uji signifikansi, salah satunya ialah bahwa pengamatan terhadap
sampel hendaknya merupakan sampel acak. Sampel yang acak diharapkan mendapatkan
hasil penelitian dari sample tidak terlalu jauh simpangannya terhadap populasi.
Pengawasan setempat merupakan langkah dalam bentuk penyeimbangan dan
pengelompokan unit eksperimen yang digunakan dalam desain. Jika replikasi dan
pengacakan memungkinkan dilakukannya uji signifikansi maka pengawasan setempat
akan membuat desain lebih efisien, yaitu menghasilkan prosedur pengujian dengan
nilai lebih tinggi. Pengelompokan akan diartikan sebagai penempatan sekumpulan
unit eksperimen yang homogen ke dalam kelompok agar kelompok yang berbeda
mendapat perlakuan yang berbeda pula.
0 komentar:
Posting Komentar